Komputansi Awan, Solusi Ledakan data  

Juandry9
Pipes Output
Komputansi Awan, Solusi Ledakan data  
Aug 20th 2011, 14:46

TEMPO Interaktif, Jakarta- Perkembangan dunia digital berimplikasi dengan semakin besarnya data yang ada. Berdasarkan data dari International Digital Center (IDC) Digital Universe Study pada Juni 2011, data yang beredar di dunia pada 2010 mencapai 1,2 Zettabiytes, atau dengan kata lain 1,2 diikuti dengan 21 nol di belakangnya.

"Diperkirakan pada 2020 data di seluruh dunia jumlahnya 35 Zettabytes," ujar Adi Rusli, Country manager EMC Corporation Indonesia, dalam media briefing di Hotel Kempinsky, Jakarta, Jumat 19 Agutus 2011.

Ia mengingatkan ledakan data ini tidak hanya terjadi dalam skala luas, namun juga pada skala kecil, yaitu setiap pelaku usaha. Ia memberikan contoh dunia perbankan, yang merekam segala aktivitas nasabah seperti setoran, transfer, atau penarikan uang, dan tidak akan menghapusnya karena merupakan data pribadi nasabah. "Ke depannya, satu bank saja bisa menyimpan data dalam bilangan Petabyte," ujarnya.

Belum lagi saat ini sedang terjadi perubahan pandangan perusahaan dalam memandang data tak terstruktur (unstructured data). Data tak terstruktur seperti perilaku konsumen saat mengakses suatu situs, atau juga tanggapan konsumen mengenai suatu produk dalam jejaring sosial kini semakin dianggap sebagai salah satu hal penting dalam analisis untuk menentukan kebijakan perusahaan. "Padahal, data tak terstruktur jumlahnya jauh lebih besar dari data terstruktur," ujarnya menambahkan.

Karena itu, Adi memprediksi ke depannya penggunaan teknologi komputansi awan (cloud computing) akan makin luas. "Saat ini, hanya dua persen data digital yang berada dalam cloud computing, namun pada 2015 diperkirakan setidaknya 20 persen data digital akan bersentuhan dengan teknologi ini," ujarnya menambahkan.

Selain resiko ledakan data, ujar Adi, faktor efisiensi menjadi salah satu faktor yang menarik perpindahan ke teknologi komputansi awan. Mengutip hasil riset IDC, Adi mengatakan saat ini anggaran dalam bidang IT lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan perawatan, seperti listrik mendinginkan server.

"Ongkos maintenance ini mencapai 72 persen. Artinya hanya sedikit yang digunakan untuk inovasi," ujarnya. Dengan menggunakan teknologi komputansi awa perusahaan dapat memotong biaya ini dan memfokuskannya pada inovasi IT dalam perusahaan.

Ia mengatakan karena teknologi ini memang masih baru, saat ini memang masih banyak yang mempertanyakan keamanan penggunaan cloud computing. Ia mengatakan secara teknis, teknologi ini sebenarnya sudah aman.

"Yang lebih banyak berperan adalah faktor nonteknis, seperti yurisdiksi masing-masing wilayah," ujarnya. Namun ia yakin ke depannya, sejalan dengan semakin matangnya teknologi ini, komputansi awan akan semakin dipercaya.

EMC sendiri telah memiliki layanan komputansi awan , baik private cloud maupun public cloud, melalui berbagai produknya seperti Isilon, Atmos, dan RSA. Adi mengatakan pihaknya tidak hanya akan memberikan layanan komputansi awan belaka, namun juga membantu pengguna untuk memaksimalkan infrastruktru TI yang dimilikinya.

RATNANING ASIH

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url