TEMPO Interaktif, Jakarta - Anggota Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Rheinald Kasali mengakui pansel sempat terbelah dalam dua kubu saat memutuskan delapan nama dari sepuluh nama yang akan di setor ke DPR. Kelompok pertama dari unsur yang masuk struktur penegak hukum pemerintahan. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok akademisi.
Menurut Rheinald, ada perbedaan persepsi mengenai penilaian para calon. Kelompok akademisi, berbeda faham soal makna keberanian, integritas, dan kemampuan manejerial dengan kelompok yang lainnya. "Perbedaan itu ada, tapi tidak sampai pecah. Kami hanya berbeda memahami, tapi nanti ujungnya juga satu kalau sudah disamakan," kata dia. Menurutnya keberanian atau pengetahuan seorang advokat atau akuntan jelas berbeda dengan polisi atau jaksa.
Malam ini panitia seleksi pimpinan KPK akan memutuskan delapan nama yang akan diajukan ke Presiden dan DPR. Delapan nama itu akan disaring berdasar rekam jejak yang diungkap dalam tes wawancara sore tadi. Selain hasil wawancara, keseluruhan hasil tes dalam tahapan seleksi juga akan dipertimbangkan.
"Malam ini langsung kami bahas. Kalau tidak selesai dilanjutkan besok," kata ketua Pansel Patrialis Akbar usai tes wawancara, Senin, 15 Agustus 2011.
Patrialis menjelaskan, rapat pleno digelar pukul 21.00 WIB sampai selesai. Di sana anggota pansel akan mencoret dua nama yang dianggap tak layak. Delapan nama yang lolos akan diserahkan ke Presiden pada 18 Agustus 2011. Selanjutnya pada 19 Agustus 2011, nama-nama itu diserahkan ke DPR, sekaligus mengumumkan ke media nama delapan orang itu.
Sebelum diserahkan ke Presiden, pansel tidak akan mengumumkan delapan nama yang lolos. Ia tak menolak menyebut calon terkuat. Ketua Pansel yang juga Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia itu menambahkan di DPR delapan nama akan disaring menjadi empat orang saja."Siapa mereka, tunggu rapat pansel saja," ujarnya.
Anggota Pansel Lain, Ahmad Ubee membenarkanya. Menurut dia, untuk menyaring delapan nama tersebut, pansel harus melalui mekanisme rapat pleno terlebih dahulu. Sebelum itu dilakukan, kata dia, belum bisa diketahui siapa-siapa nama yang lolos. Di tanya soal adanya perbedaan pendapat soal nama yang harus diloloskan, ia membenarkan. "Namanya merumuskan, pasti ada perbedaan," terangnya.
MUHAMMAD TAUFIK