TEMPO Interaktif, Jakarta - Hypermart mengaku terkejut dan tidak menyangka kalau ada produk makanan yang mereka jual mengandung zat berbahaya.
"Kami sama sekali tidak menyangka kalau makanan tersebut mengandung formalin dan borak," ujar Meshvara Kanjaya, Director of Merchandising and Marketing Matahari Food Business PT Matahari Putra Prima Tbk pemilik jaringan ritel Hypermart, Senin, 15 Agustus 2011.
Sore tadi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memeriksa 36 sampel yang diambil secara acak di Hypermart JACC Thamrin City, Jakarta. Hasilnya, ditemukan adanya kandungan formalin pada produk manisan mangga, manisan salak, asinan betawi, dan cingcau serta kandungan borak pada keripik pisang.
Meshvara mengatakan bahwa pihaknya telah selektif dan berhati-hati dalam menerima barang yang akan mereka jual. Bahkan seluruh produk tersebut diproduksi oleh produsen yang telah mengantongi sertifikat baik dari Kementerian Kesehatan dan Badan POM. "Sehingga kami kira produk mereka sudah memenuhi standar dan aman dikonsumsi," lanjutnya.
Ia mengaku Hypermart memiliki keterbatasan untuk bisa mendeteksi apakah suatu produk mengandung zat berbahaya atau tidak. "Karena kami tidak memiliki laboratorium sendiri untuk melakukan pengujian kandungan produk," imbuhnya. Karena itu Hypermart akan berkoordinasi dengan BPOM untuk melakukan pelatihan dan pengecekan produk secara berkala. "Kami juga minta maaf atas adanya produk yang mengandung zat berbahaya itu, kami akan lebih hati-hati."
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta Lie mengatakan para pengusaha ritel terbuka pada pengawasan barang beredar. "Kalau memang salah tentu kami akan lakukan perbaikan," katanya.
Menurutnya keberadaan makanan yang mengandung formalin dan borak itu murni kelalaian. "Tidak ada unsur mencari keuntungan bisnis, karena justru keberadaan produk tersebut bisa menurunkan citra peritel."
AGUNG SEDAYU
